Quantcast
Channel: Musholla RAPI Online
Viewing all 3027 articles
Browse latest View live

Shalat di Raudhah Nabi Muhammad SAW

$
0
0

Di kota Madinah, ada banyak tempat yang memiliki fadhilah (keutamaan) apabila seseorang melakukan ibadah di tempat itu. Di antara tempat-tempat tersebut adalah Raudhah Nabi SAW. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ada ribuan, bahkan jutaan orang berusaha untuk melakukan ibadah di sana. 

Sebenarnya, apakah Raudhah itu? Keistimewaan apa saja yang dimilikinya, sehingga orang-orang berbondong-bondong untuk mendatangi dan beribadah di tempat itu?

Secara bahasa “raudhah” berarti kebun atau taman. Sedangkan yang dimaksud Raudhah di sini adalah suatu tempat yang berada di antara mimbar dan makam Muhammad SAW. Tempat ini selalu digunakan oleh Nabi SAW untuk melakukan shalat sampai akhir hayat beliau. Nabi SAW bersabda :

عن أبي سعيد الخذري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَا بَيْنَ قَبْرِي وَمِنْبَرِي هَذَا رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجِنَانِ

Dari Abi Sa’id al-Khurdri ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tempat di antara kubur dan mimbarku ini adalah Raudhah (kebun) di antara beberapa kebun surga”. (Musnad Ahmad bin Hanbal)

Karena tempat ini sangat istimewa, maka seorang di sunnahkan untuk selalu beribadah dan shalat di Raudhah Nabi SAW ini. Disebutkan, seorang muslim yang sedang berziarah ke Madinah, selama dia berada di Madinah, seyogyanya selalu melaksanakan shalat lima waktu di masjid Nabi SAW dan berniat i’tikaf setiap dia memasuki masjid Nabi SAW.

Dia juga dianjurkan untuk mendatangi Raudhah guna memperbanyak shalat dan do’a di sana karena ada hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, Tempat yang diantara kuburku dan mimbarku ini adalah Raudhah (kebun) diantara beberapa kebun surga”. Seseoarang juga dianjurkan untuk berdo’a di depan mimbar Nabi SAW. Sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Mimbarku ini berada di atas telagaku.” (al-Hajj wa al-‘Umrah Fiqhuh wa Asraruh, 237)

Dengan redaksi yang berbeda, al-Imam ar-Rabbani Yahya bin Syarf al-Nawawi dalam kitabnya Kitab al-Idhah fi Manasik al-Hajj menjelaskan, dalam shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW bersabda, “Mimbarku ini berada di atas telagaku”. Imam al-Khathabi berkata, “Maksud hadist di atas adalah bahwa 'orang yang selalu istiqamah melaksanakan ibadah di depan mimbarku, maka kelak di hari kiamat, ia akan minum air dari telagaku'”. (al-Idhah fi Manasik al-Hajj wal ‘Umrah, 456)

Menjadi jelaslah sekarang bahwa kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di Raudhah Nabi SAW. Karena tempat itu memiliki keutamaan yang sangat besar. Namun jangan sampai karena memperebutkan keutamaan ini, kita sampai mengganggu atau menghilangkan hak-hak atau bahkan menyakiti orang lain.



KH Muhyiddin Abdusshomad Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam


SD NU Nawa Kartika Gelar Seminar Parenting “Hebat Mendidik Anak”

$
0
0

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan ke anak didiknya, SD NU Nawa Kartika turut melibatkan orang tua dalam pengembangan potensi anak didiknya. Oleh karena itu, Ahad 21 Juli 2019, Pengurus SD NU Nawa Kartika mengundang para orang tua siswa untuk menghadiri seminar parenting di Gedung Muslimat NU Langgar Dalem.

Dalam sambutannya, Wakil Kepala Sekolah SD NU Nawa Kartika, Juhairiyah mengatakan tujuan diadakannya seminar tersebut adalah untuk melibatkan orang tua dalam pendidikan anaknya, terutama saat di luar sekolah. Menurut beliau, anak tidak hanya diberikan pendidikan di sekolah tetapi lebih penting dari itu adalah pendidikan yang diberikan orang tuanya akan membentuk karakter anak tersebut.

Seminar parenting tersebut diisi oleh pembicara dari  Gen I be Semarang yaitu Sukaryo Adi Putro S.Psi. Dalam paparannya beliau membawakan tema “Hebat Mendidik Anak”.  Menurut Sukaryo, setiap anak itu hebat dan pintar, tetapi anak-anak memiliki bakat yang berbeda. Beliau menambahkan bahwa anak adalah peniru yang hebat, sehingga apa yang dilakukan orang tua maupun orang di sekitarnya dengan sangat cepat akan ditirunya, termasuk kebiasaan sehari-hari orang tuanya.

“Sehari anak hanya 8 jam di sekolah dan sisanya di rumah, sehingga orang tua harus berperan lebih dominan dari sekolahnya. Anak anda ingin menjadi apa, bisa saja terganung dari bagaimana cara anda mendampinginya”, ungkap pria asal Pati tersebut.

Dalam paparannya, Sukaryo juga menyebutkan beberapa kesalahan orang tua yan sering dilakukan dalam mendidik anaknya tanpa disadari. Pertama beliau menyebutkan mindset orang tua terhadap anaknya. “Orang tua sering menganggap anaknya nakal dan anak orang lain lebih baik dari anaknya. Sering juga orang tua mengganggap anaknya lebih bodoh dari anak tetangganya. Menganggap anak susah diatur dan mengangga anak berani ke orang tua, sehingga anak sering dimarahi”, ungkap beliau.

Beliau juga mengkritisi orang tua yang hanya pintar menasihati anak tetapi kurang memberikan teladan/ contoh langsung ke anaknya. Sukaryo mengatakan bahwa anak butuh contoh langsung dari orang tuanya, bukan nasihat yang berlebihan. "Orang tua kadang menasihati anaknya untuk rajin bersih-bersih, rajin sholat ke masjid, tetapi orang tua sendiri jarang atau bahkan tidak pernah melakukannya. Sekali-kali ajaklah anak bersama-sama agar dia melihat bagaimana orang tua melakukannya secara langsung di depan matanya".

“Seringkali orang tua tidak konsisten dengan aturan yang ada, misalnya saja jam bermain dan nonton TV dibatasi tetapi kadang orang tua mentolelir kelebihan jam bermain anak karena merasa kasihan atau si anak menawar untuk menambah jam bermain.  Hal in secara tidak langsung mengajarkan anak untuk tidak mematuhi aturan yang sudah ditetapkan”, imbuhnya.

Dalam akhir paparannya, beliau mewanti-wanti untuk orang tua agar terlibat langsung dalam mendidik anak. “Tolong, amati kebiasaan anak sehari-hari, karena dari kesehariannya itu kita dapat mengetahui pendidikan macam apa yang cocok diterapkan ke anak serta bakat apa yang ada dalam diri sang anak”.



Sumber berita dan foto: Firman

Sentuhan Kulit Dua Jenis Bukan Mahrom Saat Thowaf, Batalkah Wudhunya?

$
0
0
Ada solusi Qiil dalam madzhab syafi'i. Menurut imam Furoni dan Imam Haromain tidak batal bila tak disengaja, menurut imam Ibnu Suraij tidak batal bila tidak syahwat, menurut imam Al Auza'i tidak batal bila tidak menyentuh dengan tangan (Al Bahjah Juz 1).

Apakah itu mutlaq atau khusus dalam thowaf ?  Jawabnya mutlaq

Memang terdapat pendapat di kalangan Syafiiyah yang menyatakan tidak membatalkan wudhu bila persentuhan terjadi akibat tidak adanya kesengajaan, yaitu pendapat al-Furaani dan Imam Haramain. Solusinya adalah:

1. Mengikuti pendapat di atas

2. Pindah Madzhab, namun demikian harus mengikuti segala ketentuaan yang berlaku dalam madzhab yang diikutinya seperti syarat, rukun dan hal-hal yang membatalkan wudhu.

( قَوْلُهُ : وَسَوَاءٌ إلَخْ ) وَلَنَا وَجْهٌ أَنَّهُ لَا يُنْتَقَضُ وُضُوءُ الْمَلْمُوسِ ، وَوَجْهٌ أَنَّ لَمْسَ الْعُضْوِ الْأَشَلِّ أَوْ الزَّائِدِ لَا يَنْقُضُ ، وَوَجْهٌ لِابْنِ سُرَيْجٍ أَنَّهُ يُعْتَبَرُ الشَّهْوَةُ فِي الِانْتِقَاضِ قَالَ الْحَنَّاطِيُّ وَحُكِيَ هَذَا عَنْ نَصِّ الشَّافِعِيِّ ، وَوَجْهٌ حَكَاهُ الْفُورَانِيُّ وَإِمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَآخَرُونَ أَنَّ اللَّمْسَ لَا يَنْقُضُ إلَّا إذَا وَقَعَ قَصْدًا ، وَأَمَّا تَخْصِيصُ النَّقْضِ بِأَعْضَاءِ الْوُضُوءِ فَلَيْسَ وَجْهًا لَنَا بَلْ مَذْهَبُ الْأَوْزَاعِيِّ وَحُكِيَ عَنْهُ أَنَّهُ لَا يَنْقُضُ إلَّا اللَّمْسُ بِالْيَدِ كَذَا فِي الْمَجْمُوعِ

Dari kalangan Syafiiyah juga terdapat beberapa pendapat :

a.  Ada yang menyatakan tidak menjadi batal wudhunya orang yang disentuh

b. Ada yang menyatakan tidak membatalkan menyentuh anggota badan yang telah lumpuh atau anggota tambahan

c. Ada yang menyatakan (pendapat Ibn Suraij) yang membatalkan saat terjadi syahwat dalam persentuhan, berkata al-Hannaathy diceritakan ini adalah hukum yang telah ditetapkan oleh Imam Syafi’i

d. Ada yang menyatakan (Pendapat al-Furaani dan Imam Haramain dan ulama-ulama lain) persentuhan kulit tidak membatalkan kecuali bila terjadi unsur kesengajaan.

Sedang bersentuhan kulit yang membatalkan terbatas pada anggauta wudhu saja bukan merupakan pendapat kalangan syafi’i namun pendapat al-Auzaa’i yang juga diceritakan menurutnya bahwa tidak membatalkan wudhu kecuali menyentuhnya dengan tangan, inilah yang diuaraikan dalam kitab al-majmuu’. (Syarh alBahjah alWardiyyah II/44).

ومما تعم به البلوي في الطواف ملامسة النساء للزحمة ، فينبغي للرجل أن لا يزاحمهن ولها أن لا تزاحم الرجال خوفا من انتقاض الطهارة ، فإن لمس أحدهما بشرة الآخر ببشرته انتقض طهور اللامس وفي الملموس قولان للشافعي رحمه الله تعالي أصحهما أنه ينتقض وضوءه وهو نصه في أكثر كتبه ، والثاني لا ينتقض واختاره جماعة قليلة من أصحابه والمختار الأول .

Termasuk cobaan yang umum dalam thowaf adalah bersentuhan kulit dengan wanita karena berdesakan, maka sebaiknya bagi laki-laki tidak mendesaknya dan bagi wanita tidak mendesak kaum pria karena dikhawatirkan rusaknya bersuci, bila terjadi persentuhan kulit diantara keduanya maka batal kesuciannya orang yang menyentuh. Sedang bagi yang disentuh terdapat dua pendapat milik Imam Syafi’i Rahimahullah. Pendapat yang paling shahih menyatakan juga batal wudhunya ini teks keterangan beliau dibeberapa kitabnya, sedang menurut pendapat yang kedua tidak batal, pendapat ini dipilih oleh sebagian golongan dari pengikut beliau sedang pendapat yang terpilih adalah pendapat yang pertama (Al-Iidhooh Hal. 102). Wallahu A'lamu Bis Showaab.



Ust. Ghufron dan Ust. Masaji Antoro (PISS-KTB)

PR IPNU IPPNU Cendono Pilih Ketua Baru Periode 2019- 2021

$
0
0

Ketua baru PR IPNU IPPNU Cendono akhirnya resmi terpilih pada hari Ahad tanggal 28 Juli 2019 setelah sebelumnya Pimpinan Ranting IPNU IPPNU Cendono yang berada di bawah Pimpinan Anak Cabang IPNU IPPNU Dawe mengadakan reorganisasi kepengurusan serta melakukan pelepasan kepengurusan masa khidmah 2017 – 2019 yang telah berjalan selama ini.

Rapat Anggota PR IPNU IPPNU Cendono yang dihadiri oleh para anggota IPNU dan IPPNU desa Cendono akhirnya memilih Rekan Mujtaba Ahmad sebagai Ketua IPNU Cendono dan Rekanita Nasa’ul Fitria sebagai ketua IPPNU Cendono.

Dalam rapat anggota tersebut pun dilakukan kegiatan ta’aruf yaitu perkenalan ketua baru kepada para anggota PR IPNU IPPNU Cendono sekaligus serah terima jabatan dari ketua lama ke ketua yang baru dilantik. Acara juga menargetkan adanya pendalaman tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing departemen dan personal untuk mengemban tugas selama 2 tahun mendatang di keorganisasian PR IPNU IPPNU Cendono. 

Dalam sebuah organisasi termasuk Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), keberadaan konferensi dengan berbagai tingkatannya bukan semata aktifitas rutin. Tapi diharapkan ada regenerasi dan menentukan kader pilihan. Pada saat yang sama juga bagaimana dapat menjalankan roda organisasi untuk kepengurusan yang lebih baik.

Pelantikan Pengurus PR IPNU IPPNU Cendono Masa Khidmah 2019-2021 berlangsung secara sederhana di sebuah musholla di Cendono yang langsung disaksikan oleh mantan pengurus serta para anggota aktif PR IPNU IPPNU Cendono.Eks Ketua PR IPNU IPPNU Cendono pun tak segan turun ikut serta "cawe-cawe", membantu para penerusnya serta memberikan motivasi agar terus bersemangat dalam mengabdi sebagai anggota IPNU IPPNU.

Ketua PR IPNU IPPNU Cendono terpilih tak lupa mengucapkan terima kasih atas partisipasi semua pihak yang telah mensukseskan gelaran tersebut serta meminta dukungan dan doa agar dapat menjalankan roda kepemimpinan dengan baik.

Terpilihnya Mujtaba Ahmad dan Nisa’ul Fitria sebagai duet Ketua Ranting IPNU IPPNU Cendono pun mendapatkan respon positif. Pengurus aktif PAC IPNU IPPNU Dawe pun berharap keduanya dapat berbuat yang terbaik untuk anggota PR IPNU IPPNU Cendono agar semakin maju dalam berorganisasi.



Sumber berita dan foto: PAC IPNU IPPNU Dawe

Khilafiyyah Basmalah Saat Baca Fatihah

$
0
0
Salah satu hukum fiqh yang sering di perdebatkan tanpa faidah adalah hukum membaca basmalah saat membaca surat al-Fatihah baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Sebagian dari saudara kita ada yang senang memperdalam wilayah khilafiyyah dan nafsu tampil beda, tanpa sadar ternyata hal tersebut menjadi penyebab perpecahan umat Islam. 

Kerap kali kali kita mendengar ucapan sebagian orang "Jika shalat pakai basmalah itu pasti orang NU dan jika tanpa basmalah pasti orang Muhammadiyyah dan lainnya". Inilah salah satu ucapan yang menurut kami, menjadi biang keladi ketidak harmonisan umat Islam di tanah air. Hal itu muncul akibat kebodohan mereka dalam memahami fiqh Islam secara mendalam sehingga yang muncul adalah syahwat tampil beda lantaran ego dan fanatik buta. Klimaksnya, umat Islam menjadi terkotak-kotak akibat korban beda pandangan serta nafsu tidak dapat menghargai satu sama lain.

Syaikh Hasan Yamani berkata, "Sungguh seorang pencari ilmu ketika ilmu fiqh dan pandangannya tentang madzhab-madzhab bertambah, maka akan sedikit pengingkarannya terhadap masyarakat"

Hadits mengenai membaca basmalah saat membaca surat al-Fatihah mempunyai riwayat yang berbeda-beda. Secara kesimpulan dapat di klasifikasikan menjadi 3.

1. Riwayat Muslim dari Anas bahwa Rasulallah, Abu Bakar dan Umar dalam shalatnya tidak menyebut basmalah baik di awal atau akhir bacaan.

2. Riwayat Ahmad, an-Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah bahwa Rasulallah, Abu Bakar dan Umar tidak mengeraskan membaca basmalah (lirih).

3. Riwayat an-Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah dari Nu'aim al-Mujmir bahwa Abu Hurairah (hadits mauquf) dalam shalatnya membaca basmalah sebelum membaca surat al-Fatihah. Begitu juga riwayat ad Daraqathni dari Abu Hurairah bahwa Rasulallah memerintahkan membaca basmalah saat membaca surat al-Fatihah .

Dari hadits-hadits di atas, khilafiyyah antar madzhab-madzhab Islam tidak dapat di hindarkan.

Menurut madzhab Malik, al-Auza'i dan Abu Hanifah, basmalah tidak termasuk dari bagian ayat surat al-Fatihah maupun surat yang lain. Menurut madzhab asy-Syafi'i dan sejumlah ulama, basmalah termasuk bagian ayat surat al-Fatihah dan surat-surat lain.

Sedangkan dalam lingkungan madzhab Ahmad, masih terjadi silang pendapat, dan pendapat masyhur di kalangan madzhab tersebut, basmalah tidak termasuk bagian ayat surat al-Fatihah . Dan tentu semua mempunyai argumen masing-masing.

Adapun hukum membacanya, madzhab Hanafi dan madzhab Hanbali mensyariatkan membacanya dengan lirih baik dalam shalat jahriyyah (Maghrib, Isya' dan Shubuh) atau sirriyyah (Zhuhur dan Ashar ).

Madzhab asy-Syafi'i mensyariatkan membacanya lirih saat dalam shalat sirriyyah dan membacanya keras saat dalam shalat jahriyyah. Sedangkan menurut madzhab Maliki, terjadi silang pendapat, sebagian mengatakan makruh membacanya dengan keras dan membacanya lirih di kalangan madzhab tersebut juga terjadi silang pendapat . 

Menurut madzhab Maliki sendiri, membaca basmalah dalam shalat hukumnya bisa sunat apabila ada tujuan menjaga khilafiyyah ulama, sebagaimana di jelaskan oleh mayoritas ulama bahwa menjaga khilafiyyah adalah di syariatkan. 

Dalam tafsir Zad al-Masir, Ibnul Jauzi mengatakan bahwa membaca keras basmalah yang menurut Syafi'iyyah di sunatkan adalah riwayat dari Mu'awiyyah, Atha' dan Thawus. 

Lalu bagaimana dengan hukum sholat bagi pengikut madzhab asy-Syafi'i yang berma'mum dengan pengikut madzhab Hanafi yang tidak membaca basmalah? Menurut ulama-ulama fiqh, sebagaimana dalam kitab-kitabnya, masih terjadi perbedaan pendapat. Pendapat mayoritas ulama menilai tidak sah jama'ahnya, sedangkan pendapat lain mengatakan sah. Dan pendapat yang terakhir tersebut baik untuk di ikuti demi menjaga persatuan umat Islam yang kian hari semakin surut dan luntur.



Mbah Jenggot PISS-KTB

Gus Baha Dijadwalkan Ngisi Pengajian di Damaran 78 Jumat Ini

$
0
0
 Nama Gus Baha sedang popular di kalangan santri maupun kalangan umum terutama di dunia maya. Video maupun rekaman ngaji beliau menghiasi youtube maupun podcast di dunia maya. Isi pengajian yang dalam namun dikemas ringan dan tak kadang dibumbui dengan kelucuan yang syarat makna membuat para pendengarnya terutama dari kalangan muda pun menikmati betul isi ceramah beliau.

Beliau memiliki banyak jadwal pengajian baik yang bersifat insidentil maupun yang bersifat rutinan berupa pengajian-pengajian kitab. Selain di Yogyakarta dan Narukan, sejak tahun 2018 KH. Ahmad Baha'uddin Nur Salim (Gus Baha'), memiliki rutinan ngaji di Pondok Mazro'atul Ulum, yang populer disebut Pesantren Damaran 78 Kudus.

Gus Baha merupakan pengasuh pondok Damaran 78. Beliau adalah penerus ndalem inti yang istiqomah menggelar rutinan ngaji setiap bulan sekali. Menurut informasi yang kami peroleh, Gus Baha' menjadi pengasuh ndalem inti setelah mendapatkan wasiat meneruskan keberlangsungan ngaji di pondok pesantren tua itu dari Ibu Nyai Aminah, cucu canggah pendiri Ponpes, KH. Ahmad Sholeh.

Beliau pun rutin menggelar pengajian setiap hari jumat awalbulan miladiyah pada ba’da jumatan di masjid pondok. Pengajian beliau pun sering diikuti oleh masyarakat umum yang bukan “mukim pondok”.

Kami mendapatkan infomasi dari ustadz Ali bahwa Gus Baha akan mengisi pengajian rutin Kitab Qowaidul Asasiyah Fi Ulumi Al Qur’an yang sudah beberapa kali beliau bahas setiap jumat awal bulan miladiyah di Damaran 78. Bagi warga yang ingin mengikuti pengajian beliau, dapat langsung hadir di Pondok Pesantren Mazro’atul Ulum di Damaran 78 pada hari Jumat 2 Agustus 2019 mulai pukul 13.30 WIB.

10 Hari Awal Bulan Dzulhijjah Sebagai Waktu Istimewa

$
0
0
Dari bulan Dzulhijjah, sepuluh hari pertamanya merupakan hari-hari yang sangat istimewa di sisi Allah, sangat mulia dan penuh barakah. Buktinya, Allah Taala bersumpah dengannya dalam Kitab-Nya.

 وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi fajar, dan malam yang sepuluh. (QS. Al-Fajr: 1-2)


Imam al-Thabari dalam menafsirkan Wa Layaalin Asr (Dan malam yang sepuluh), Dia adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli tawil (ahli tafsir).(Jaami al Bayan fi Tawil al-Quran: 7/514)

Sedangan dari hadits, terdapat keterangan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah ini, di antaranya sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam:

 مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

"Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Karenanya dianjurkan atas orang Islam pada hari-hari tersebut untuk bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, di antaranya shalat, membaca Al-Quran, dzikrullah, memperbanyak doa, membantu orang-orang yang kesusahan, menyantuni orang miskin, memperbaharui janji kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Masih ada satu amalan lagi yang utama pada hari-hari tersebut, yaitu berpuasa sunnah di dalamnya.

Terdapat dalam Sunan Abu dawud dan lainnya, dari sebagian istri Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam, dia berkata,

 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ

Adalah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah. (HR. Abu Dawud no. 2437 dan dishahihkan dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud no. 2081)


Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam pernah bersaksi bahwa hari-hari tersebut adalah seutama-utamanya hari-hari dunia.

Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam beliau bersabda:

 أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَيَّامِ الْعَشْرِ يَعْنِيْ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ قِيْلَ: وَلَا مِثْلُهُنَّ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا مِثْلُهُنّ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ عُفِرَ وَجْهَهُ بِالتُّرَابِ

Hari-hari di dunia yang paling utama adalah hari-hari sepuluh -yakni sepuluh hari pertama dalam bulan Dzul Hijjah-, Ada yang bertanya, tidak pula sama baiknya dengan (jihad) di jalan Allah..? Beliau menjawab, tidak pula sama dengan (jihad) di jalan Allah melainkan seorang pria yang wajahnya penuh dengan debu tanah. (HR. Al-Bazzar, Abu Yala dan Ibnu Hibban).




Ust. Yusuf Mansur

Awal Agustus, RUASKU Kembali Gelar Ruqyah Massal

$
0
0

Ruqyah bukan lagi metode pengobatan yang asing bagi warga NU. Ruqyah bagi warga NU sudah dikenal sejak jaman dahulu. Sudah dari dulu para kiai NU mempraktikkan metode ruqyah. Ada yang dengan media suwuk air, semburan, doa dengan meletakkan tangan di kepala ataupun dada dan tekhnik lainnya.

Belakangan ini muncul aliran-aliran ruqyah yang justru mengusik amaliah NU semisal mengharamkan membaca tawassul kepada wali yang sudah meninggal, melarang amalan shalawat yang bukan dari Nabi, ziarah ke makam orang-orang shalih dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu digiatkan kembali upaya untuk mensyiarkan metode pengobatan melalui ruqyah yang sebenarnya sudah dipraktikkan oleh para ulama Ahlussunnah wal Jamaah dan sesepuh-sesepuh NU terdahulu 

Tim Ruqyah Aswaja Kudus atau yang lebih dikenal dengan RUASKU  akan kembali menyelenggarakan acara Ruqyah Massal untuk semua kalangan masyarakat, baik dari warga Kudus maupun luar Kudus. Acara tersebut akan digelar pada hari Sabtu malam Ahad 3 Agustus 2019 mulai ba’da isya.

Acara yang akan mengambil tempat di salah satu rumah penduduk yaitu tepatnya di Rumah Bapak Siswanto RT. 02/ RW. III Piji Kedopok, Kecamatan Dawe, Kudus tersebut akan menghadirkan para praktisi Ruqyah Aswaja. Tim Ruqyah yang terkenal dengan jargon “Sehat dengan al Qur’an” ini akan memberikan pengobatan baik penyakit medis maupun non medis.

Keluhan-keluhan medis misalnya seperti penderita infeksi salran pernapasan, asam ambung, maag, pundak berat, vertigo, hingga stroke. Sedangkan untuk keluhan-keluhan non medis seperti sering kesurupan, sering was-was, sering mimpi buruk, gangguan sihir, konflik rumah tangga, hingga susah mendapatkan jodoh pun bisa diikhtiyari dengan mengikuti ruqyah aswaja ini.

Calon peserta nantinya diharapkan datang tepat waktu. Hal tersebut dimaksudkan agar pengobatan data berlangsung maksimal. Selain itu, para calon peserta harus datang dengan pakaian yang sopan, mengingat tempat penyelenggaraan dilakukan di lingkungan masjid. Untuk calon peserta wanita, ada tambahan khusus yaitu memakai baju rangkapan.

Bagi yang mengiginkan untuk mengikuti ruqyah massal tersebut bisa hadir ke tempat acara dengan ancer-ancer Gang sebelah selatan Kantor Kecamatan Dawe, ada plang NURUL ULUM masuk ke timur kurang lebih 200 meter atau di sebelah barat TPQ Nurul Ulum.

Tata Cara Dan Tata Krama Berdoa

$
0
0
Semua pekerjaan memiliki tata cara. Pekerjaan yang dilakukan dengan mematuhi tata cara yang benar, pasti akan memberikan hasil terbaik. Sebaliknya, jika sebuah pekerjaan dilakukan dengan asal-asalan, tidak menggunakan tata cara yang benar, maka hasilnyapun akan asal-asalan.

Demikian juga dalam berdoa. Agar doa kita lebih maqbul, kita harus menggunakan tata cara berdoa yang benar sesuai petunjuk Allah dan Rasulnya sebagai berikut:


1. Membaca basmalah

2. Memuji Allah


"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun  kepada-Nya" (An Nashr:3). Dalam ayat ini, Allah memberikan petunjuk agar kita memuji-Nya sebelum menyampaikan maksud doa yang kita panjatkan. Memuji Allah ialah dengan mungucapkan "Alhamdu lillaahi robbil aalamiin" (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam).

3. Bershalawat untuk Nabi

Dari Annas bin Malik: “Tidaklah seseorang berdoa, kecuali antara dia dan langit ada hijab, sampai dia bershalawat kepada nabi”. Jadi, bershalawat kepada Nabi sangat penting untuk membuka hijab (tirai) doa sampai pada Allah azza wa jalla. Bershalawat atas Nabi adalah membaca "Allahumma sholli ala sayyi-dinaa Muhammad"

4. Membaca asmaul husna

"Dan Allah memiliki asmaul husna, maka berdoalah dengan menyebut  asmaa-ul husna itu"(QS Al Araf : 180).

5. Menyebutkan maksud yang diminta

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah: Mendekatkan diri kepada Allah, Berdoa dengan sungguh-sungguh dan optimis, Tidak bosan berdoa sampai doa terkabul, Pada tempat dan waktu mustajabah, Lebih baik menggunakan redaksi doa yang ada dalam Qur'an/ hadits, Berusaha keras untuk meraih yang kita inginkan, serta Sabar dan tawakkal


Dalam meminta sesuatu kepada manusia, tentu perlu menggunakantata cara dan tata krama yang benar dan sopan, bukan? Coba kitabayangkan seandainya tiba-tiba ada orang mendatangi kita, danlangsung meminta sesuatu dengan cara yang tidak sopan, bagaimanaperasaan kita?


Nah, jika kita berdoa (meminta) kepada Allah langsung to thepoint (langsung menyebut maksud yang diminta), maka berartikita sama sekali tidak menggunakan tata cara dan tata krama dalam berdoa. Mungkin inilah sebab mengapa doa-doa kita selama initidak terkabul.




Mbak Aisyah

Musykercab PCNU Kudus: Website nukudus Direncanakan Hidup Kembali

$
0
0
Foto: Dwi Syaifullah (Fb)
PCNU Kudus berencana kembali menghidupkan website resmi nukudus.or.id. Demikian disampaikan dalam Musyawarah Kerja Cabang (Musykercab) PCNU Kabupaten Kudus pada 29 Juli 2019 di Hom Hotel Kudus. Diketahui bahwa website www.nukudus.or.id telah lama tidak aktif di dunia maya.

Dalam kesempatan tersebut, sekretaris PCNU Kudus, H. Kisbiyanto, seperti yang kami kutip dari Suaranahdliyyin.com menyatakan dengan website tersebut badan-badan otonom dan lembaga NU tidak perlu membuat website sendiri-sendiri.

Berdasarkan pengamatan Tim remaja Musholla RAPI, media-media milik NU Kudus telah banyak yang tidak lagi aktif. Website nukudus.or.id yang sempat menghiasi dunia maya beberapa tahun yang lalu juga tidak ditemukan lagi saat ini. Demikian pula PCNU Kudus juga tidak aktif di berbagai media sosial secara resmi. 

Media lain seperti Radio Buana Kartika (RBK) juga belum aktif kembali setelah dikabarkan mengalami kerusakan pada pemancar siaran radio. Padahal media-media seperti itu sangat cocok dioptimalkan di era millennial saat ini.

Para peserta Musykercab juga diberikan wejangan oleh Romo KH. Ulil Albab Awani. Menurut beliau untuk menjalankan amanat organisasi perlu mensyukuri tiga hal yaitu syukur kepada Allah SWT sebab dihidupkan di dunia sebagai manusia, sehingga juga dimuliakan oleh-Nya, syukur dijadikan sebagai pimpinan atau pengemban amanah untuk merawat masyarakat, dan bersyukur sebab diberi kesempatan menjadi bagian dari NU.

Dalam kesempatan ini, KH. Ulil Albab optimis pengurus NU kali ini akan bisa bekerja dengan baik. Beliau juga menyatakan bahwa sebagian besar pengurusnya adalah generasi millennial, sehingga segala kemajuan akan bisa dicapai oleh NU Kudus yang siap menyambut satu abad Nahdlatul Ulama secara gemilang.

Sepuluh Pintu Rezeki

$
0
0
1.  Memperbanyak Istighfar.

Allah SWT berfirman: “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Qs. Nuh: 10-12).

Al-Qurtubhi berkata, “Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana diturunkannya rezeki dan hujan. Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun pada Allah), niscaya Allah menggantikan setiap kesempitan menjadi jalan kelar, setiap kesedihan menjadi kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (Hr. Abu Dawud)

2.    Bertakwa kepada Allah.

Allah berfirman: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Qs. Ath-Thalaq: 2-3).

Ibnu katsir berkata, “Maknanya, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-nya dan meninggalkan apa yang dilarang-nya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar, serta rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernh terlintas dalam benaknya.”

3.    Bertawakkal kepada Allah.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Sungguh, seandainya kalian betawakkal kepada Allah (dengan) sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung, mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad dan Tirmizdi)

4.    Rajin Beribadah kepada Allah.

Nabi SAW telah bersabda,

يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : ابْنَ آدَمَ ، تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلأْ صَدْرَكَ غِنًى ، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ ، وَإِلا تَفْعَلْ مَلأْتُ صَدْرَكَ شُغْلا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

“Sesungguhnya Allah berfirman, “Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia).” (HR. Tirmizdi, Ahmad, dan Ibnu Majah).

5.    Haji dan Umrah.

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ، فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ، وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ دُونَ الْجَنَّةِ

“Lanjutkanlah haji dan umrah, karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa, sebagaimana api dapat menghilangkan karat besi, emas, dan perak. Dan tidak ada pahala haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. Ahmad, Tirmizi, dan An-Nasa`i).

6.    Banyak Silaturahmi.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya) maka hendaknya ia menyambung (tali) silaturahmi.” (HR. Bukhari).

7.    Banyak Sedekah.

Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)’, dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (Qs. Saba`: 39).

Dalam hadits Qudsi disebutkan,

قَالَ اللَّهُ أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

“Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberi rezeki) kepadamu.” (HR. Abu Dawud).

8.    Menafkahi penuntut ilmu.

Disebutkan, “Dahulu ada dua orang saudara pada masa Rasulullah SAW. Salah seorang daripadanya mendatangi nabi dan (saudaranya) yang lain bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu pada nabi, maka beliau bersabda, “Mudah-mudahan engkau diberi rezeki dengan sebab dia.” (HR. Tirmidzi, Hakim).

9.    Membantu Orang-orang yang Lemah
.

 Rasulullah SAW bersabda,

ابْغُونِى الضُّعَفَاءَ فَإِنَّمَا تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُمْ

“Bantulah orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong lantaran orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. Muslim dan An-Nasa`i).

10.    Hijrah di Jalan Allah.

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (Qs. An-Nisa`: 100).



Habib Ali Akbar bin Aqil

Bersama Gus Miftah dan Habib Salim Bin Jindan, Az Zahir Dijadwalkan ke Kudus Awal Agustus 2019

$
0
0

Menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke 74, Kudus akan kembali kehadiran Az Zahir. Az Zahir Pekalongan resmi merilis jadwal terbaru mereka untuk bulan Agustus 2019. Dua diantara jadwal safari Dakwah Az Zahir bersama Habib Ali Zainal Abidin Assegaf akan mengunjungi Kabupaten Kudus. Az Zahir akan hadir di Kudus sebelum hari raya Idul Adha 1440 H.

Az Zahir dan Habib Ali Zainal Abidin akan bertandang ke Kudus dalam rangka safari dakwah tepatnya tanggal 6 dan 8 Agustus yaitu pada selasa malam rabu dan kamis malam jumat. Tempat yang akan menjadi persinggahan Az Zahir dan Habib Ali Zainal Abidin Assegaf yaitu Alun-alun Kudus dan SMK NU Ma’arif 2 Kudus.

Jadwal pertama beliau di Kudus untuk Agustus 2019 adalah dalam rangka acara Tabligh Akbar HUT Bhayangkara ke 73 dan Hari Kesatuan Gerak Bhayangkara ke 67. Adalah Polres Kudus beserta jajarannya yang menyelenggarakan event tersebut. Polres Kudus pun menggandeng PCNU Kudus beserta badan-badan otonomnya.

Selain Az Zahir dan Habib Ali Zainal Abidin, acara tersebut juga akan terasa spesial karena yang menyampaikan mauidhoh hasanah adalah Ust. Miftah Maulana Habiburrahman pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta. Ust. Miftah Maulana Habiburrahman adalah Ustadz yang sedang ngetren dengan panggilan Gus Miftah. Ustadz muda yang membimbing dedy Corbuzier dalam mempelajari agama islam hingga menjadi seorang muallaf tersebut juga terkenal dengan dakwah undergroundnya di klub-klub malam.


Acara Tabligh Akbar HUT Bhayangkara ke 73 dan Hari Kesatuan Gerak Bhayangkara ke 67 akan digelar pada selasa malam rabu, 6 Agustus 2019 di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Para peinggi Polres Kudus dan pejabat di lingkungan pemerintahan Kabupaten Kudus juga dijadwalkan menghadiri acara tabligh akbar tersebut.

Jadwal Az Zahir selanjutnya akan diselerenggarakan pada Kamis malam Jumat 8 Agustus 2019 di Jekulo. Acara bertajuk Ansor Bersholawat bersama Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Kecamatan Jekulo tersebut akan digelar di SMK NU Ma’arif 2 Kudus, Jl. Siliwangi Gg. 1 No. 99 Jekulo, Kudus.

Dalam kesempatan tersebut, Habib Salim Sholahuddin bin Jindan akan menyampaikan maudhoh hasanah. Habaib dari Ibu Kota Jakarta tersebut merupakan cucu dari Almaghfurlah Al-Allamah Habib Salim Bin Jindan. Habib Salim Sholahuddin bin Jindan adalah pengasuh Yayasan Wakaf Habib Salim bin Jindan yang eksis berdakwah di daerah Jakarta dan sekitarnya.

Ambisi Kedudukan Dunia (1)

$
0
0
Sufyan Ats-Tsauri (161 H) telah menulis surat kepada Abbad bin Abbad, di antara isinya adalah: 

“Hati-hatilah anda dari penguasa, janganlah dekat dengan mereka atau berhubungan dalam urusan apapun, janganlah anda tertipu dengan tipuan Iblis yang membisikkanmu bahwa engkau menemui mereka dalam rangka membela orang-orang yang tertindas dan mengembalikan hak-hak mereka. 

Hanya ulama su’ (buruk) yang menjadikan dekat dengan penguasa sebagai tangga untuk mencapai ambisi dunianya. Adapaun fatwa yang sudah ada maka pergunakanlah, janganlah menjadi orang yang senang jika ucapanya didengar dan diikuti, serta diekspose secara meluas. Apabila ia meninggalkan itu semua, maka diketahuilah keikhlasannya.

Hati-hatilah anda dari cinta kepemimpinan, karena orang yang berambisi terhadap kepemimpinan ia lebih mencintai kepemimpinan daripada cintanya terhadap emas dan perak. Celah ini sangat tersamar, tidak ada yang mengetahuinya kecuali ulama yang berpengalaman.

Waspadalah dalam urusan hati, dan beramalah dengan niat yang ikhlash, dan ketahuilah sudah dekat waktunya bahwa perkara yang diinginkan oleh seseorang adalah apabila meninggal dunia, wassalam”.

Salah seorang shalih menceritakan kepada raja tentang seseorang yang gemar beribadah, maka raja ingin berkunjung kepadanya, diberitahukanlah jadwal kunjungan sang raja kepada ahli ibadah terebut. Pada saat kedatangan raja, ahli ibadah tersebut duduk di pinggir jalan sambil makan, sang raja datang menemui ahli ibadah yang sedang duduk di pinggir jalan sambil makan, raja mengucap salam dan dijawab oleh ahli ibadah dengan singkat sambil menyantap makanan dengan lahap tanpa menghiraukan kedatangan sang raja. 

Raja menjadi kecewa dan berkata: “Orang ini tidak mempunyai kebaikan sama sekali !” lalu pulanglah sang raja. Setelah sang raja pergi, si ahli ibadah berkata: “Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang telah menjauhkan saya dari orang itu dan dia pulang dalam keadaan mencelaku”.

Permasalahan ini sangat luas sekali, dan di sini terdapat point yang sangat halus sekali. Yaitu bahwa seorang manusia kadang mencela diri sendiri di hadapan orang lain, dengan tujuan agar orang lain menganggap dia sebagai orang yang tawaddlu’, sehingga ia menjadi mulia dan terpuji di mata manusia. Ini merupakan bagian dari pintu riya’ yang sangat halus, para ulama’ telah memperingatkan terhadap hal ini.

Jelaslah sudah sebagaimana telah kami sebutkan, bahwa cinta harta dan kedudukan serta ambisi terhadap keduanya dapat merusak agama seorang muslim sampai habis tak bersisa, kecuali Allah berkehendak lain. Akar dari cinta kepada harta dan kemuliaan adalah cinta kepada dunia dan akar cinta kepada dunia adalah mengikuti hawa nafsu.

Allah berfirman:

فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)". [an-Nazi’aatL: 37 – 41]

Allah berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَالَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ . وَلَمْ أَدْرِ مَاحِسَابِيَهْ . يَالَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ . مَآأَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ . هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ

"Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:"Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku, telah hilang kekuasaan dariku". [al-Haaqqaah: 25-29]



Disarikan dari kitab: Syarhun wa bayanun lihaditsi “Maa Dzi’baani Ja’iaani”

Ngijo Royo Royo, Ngaji Ala IPNU IPPNU Honggosoco

$
0
0


Sebuah terobosan baru digulirkan oleh Pimpinan Ranting IPNU IPPNU Honggosoco untuk menambah wawasan keagamaan khususnya keaswajaan bagi para pemuda di desanya. Adalah konsep pengajian remaja dengan tagline “Ngijo Royo Royo” yang sukses menyedot kaum remaja terkhusus remaja Nahdliyyin untuk ikut mengkaji agama bersama para Pembina IPNU IPPNU Desa Honggosoco.

Sabtu malam ahad, 13 Juli 2019 atau bertepatan dengan  10 Dzsulqaidah 1440, Pengajian Ngijo Royo Royo bareng PR IPNU IPPNU Honggosoco berhasil dilaksanakan dengan baik di Masjid Baiturrahman Dukuh Gerbongan Honggosoco. Dihadiri oleh puluhan remaja putra dan remaja putri baik yang tergabung dalam keanggotaan IPNU IPPNU Honggosoco maupun tidak, pengajian tersebut berlangsung hikmat.

Terlihat para santri putra yang didominasi dengan pakaian berwarna putih serta para remaja putrid yang kebanyakan adalah anggota PR IPNU IPPNU HOnggosoco mengenakan seragam batik berwarna hijau. Dalam sambutannya, perwakilan dari PR IPNU IPPNU Honggosoco mengucapkan terimakasih untuk para jamaah pengajian yang sudah hadir dalam acara malam itu. “Semoga istiqomah untuk program Ngijo Royo Royo ini, dan apa yang sudah dishodaqohkan untuk acara ini semoga jadi amal yang barokah”, ungkapnya.

Dalam acara tersebut hadir Ust. Muhammad Rokhim S.PdI yang mengisi acara. Dalam tausiyah ustadz yang juga Pembina IPNU Honggosoco tersebut menyatakan bahwa pelajar NU khususnya IPNU IPPNU Hongosoco harus meningkatkan ghirohnya duntuk agama, bangsa, dan Negara. Dalam paparannya beliau pun mengajak rekan-rekan dari IPNU IPPNU Honggosoco untuk aktif meningkatkan perannya.

Acara tersebut juga dimeriahkan oleh Rebana Al Muba. Acara yang berlangsung pada ba’da sholat isya tersebut diagendakan akan menjadi acara rutin dengan tempat yang berpindah-pindah di seputaran desa Honggosoco.



Sumber info dan foto: PR IPNU IPPNU Honggosoco

Ambisi Kedudukan Dunia (2)

$
0
0
Ketahuilah bahwa jiwa manusia mencintai kedudukan yang tinggi melebihi orang lain. Dari sinilah timbul sifat sombong dan hasad, akan tetapi orang-orang yang berakal akan berlomba untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi yang kekal dan langgeng di sisi Allah, mendapatkan ridlaNya dan membenci kedudukan tinggi yang fana dan bersifat sementara, tetapi disertai dengan kemurkaan Allah dan kebencianNya, rendah dan jauh dariNya.

Ambisi untuk mendapatkan kedudukan tinggi di dunia adalah perbuatan tercela yang mengakibatkan kecongkakan dan kesombongan di muka bumi. Sedangkan ambisi untuk mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah adalah hal yang terpuji. Allah berfirman:

وَفيِ ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba" [al-Muthaffifiin: 26]

Untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi di akhirat diperintahkan untuk berlomba-lomba dan berambisi terhadapnya, dengan jalan berusaha berjalan di atas rel-relnya, tidak boleh merasa puas dengan rangking terakhir padahal ia mampu meraih rangking teratas.

Adapun kedudukan tinggi di dunia, maka di akhirat akan berakibat penyesalan dan kerugian serta kehinaan dan kerendahan yang akan dirasakan oleh orang yang berambisi. Maka yang disyari’atkan dalam hal ini adalah menghindar dan zuhud terhadapnya.

Muhammad bin Sulaiman, seorang gebernur Bashrah datang menemui Hammad bin Salamah. Gubernur itu duduk di hadapan Hammad lalu bertanya: “Wahai Abu Salamah, mengapa setiap kali saya memandangmu, saya gemetar segan kepadamu ?” 

Beliau menjawab: “Karena seorang alim apabila menghendaki ridla Allah dengan ilmunya, maka segala sesuatu akan takut kepadanya, apabila ia menginginkan untuk memperbanyak harta dengan ilmu, maka ia takut kepada segala sesuatu”.

Barangsiapa sibuk membina dirinya untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dengan jalan mengenal Allah, takut kepadaNya, cinta kepadaNya, selalu merasa dalam pengawasanNya, tawakkal, ridla dengan takdirNya, merasa tentram dan rindu kepadaNya, dia akan sampai kepadaNya dan dia tidak akan perduli dengan kedudukan yang tinggi di sisi manusia. Meskipun demikian, Allah akan memberikan kedudukan yang tinggi di mata manusia, dan mereka hormat kepadanya, padahal dia sendiri tidak menginginkan hal tersebut, bahkan lari menjauhinya dan khawatir kalau kehormatan dunia ini bisa memutuskan jalannya menuju ridla Allah. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

"Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang. [Maryam : 96]

Dan dalam sebuah hadits yang shahih:

إِذَا أَحَبَّ الهُa الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ الهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحْبِبْهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ الهَa يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي اْلأَرْضِ

"Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Dia berfirman: “Wahai jibril Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia!” lalu Jibrilpun mencintainya. Lalu jibril berseru kepada penduduk langit: Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia!”, maka penduduk langitpun mencintainya. Kemudian dia di karuniai dengan diterimanya di muka bumi". [HR. Bukhari no. 3037, 5693,7047 dan Shahih Muslim no. 2637]

Kesimpulannya mencari kehormatan akhirat akan mendapatkan kehormatan akhirat plus kehormatan dunia, meskipun ia tidak menginginkan dan tidak mencarinya. Sedangkan mencari kehormatan dunia tidak akan bertemu dan tidak akan mungkin berkumpul dengan kehormatan akhirat. Orang yang bahagia adalah orang yang lebih mengutamakan akhirat yang kekal dibandingkan dengan dunia yang fana.



Disarikan dari kitab: Syarhun wa bayanun lihaditsi “Maa Dzi’baani Ja’iaani”

Mbah Maemun Wafat, PCNU Kudus Serukan Sholat Ghaib

$
0
0

Wafatnya KH. Maemun Zubair saat sedang menunaikan ibadah haji mengejutkan sebagian besar ummat islam di tanah air terutama warga Nahdliyyin. Kyai kharismatik yang diketahui memiliki keistimewaan bisa berhaji setiap tahunnya sejak puluhan tahun yang lalu tersebut wafat di Makkah dalam usia 90 tahun.

Berdasarkan informasi yang kami peroleh beliau wafat pada hari selasa 6 Agustus 2019 bertepatan dengan 5 Dzulhijjah 1440 dini hari saat akan menjalankan ibadah sholat tahajjud. Beliau yang sempat pingsan setelah berwudhu dibawa ke salah satu rumah sakit di Saudi Arabia, RS An Noor Kudai, sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Sebagai kyai kharismatik Nahdlatul Ulama tentunya beliau memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi warga Nahdliyyin. Ilmu dan ahlak yang beliau ajarkan selalu menjadi panutan bagi warga Nahdliyyin. Tak jarang, pesan-pesan beliau pun dijadikan pedoman dalam menjalankan keorganisasian di kalangan Nahdlatul Ulama maupun dalam keseharian warga Nahdliyyin. Wafatnya beliau tentu adalah duka bagi Nahdlatul Ulama.


Oleh karena itu, menindaklanjuti seruan PBNU, Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kudus  menyerukan kepada segenap warga Nahdliyyin di daerah Kudus untuk melakukan sholat ghaib atas wafatnya KH. Maemun Zubair. Melalui surat nomor 073/PC/A.I/11.07/VIII/19  PCNU Kudus menginstruksikan kepada Badan-badan otonom, lembaga, pengurus MWC dan ranting, serta pengurus masjid dan musholla se kabupaten Kudus untuk mengadakan sholat ghaib di musholla dan masjid setempat.

Dalam instruksi selanjutnya, PCNU Kudus juga menghimbau segenap warga nadliyyin untuk mengadakan tahlil selama tiga malam serta menganjurkan untuk mensyiarkannya dengan pengeras suara di musholla maupun masjid setempat guna mendoakan KH. Maemun Zubair.

Instruksi tersebut ditandatangani langsung oleh Rois PCNU KH. Ulil Albab Arwani,  Katib PCNU KH. Amin Yasin, Ketua PCNU H. M. Asyrofi Masyitho, dan Sekretaris PCNU H. Kisbiyanto.

KH. Maemun Zubair dikabarkan akan dimakamkan di pemakaman Ma'la di Makkah. Di pemakaman tersebut juga dimakamkan guru-guru beliau yaitu Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki, Sayyid Amin Quthbi, dan Syaikh Hasan al Masysyath.

Fiqih dan Panitia Kurban Oleh KH. Arifin Fanani Kudus (1)

$
0
0
Ketika hendak membeli hewan sembelihan hendaknya mengajak orang yang lebih paham dan ahli mendeteksi usianya. Karena dalam fiqih, syarat hewan yang diqurbankan adalah 1 tahun (kambing domba), 2 tahun (kambing kerikil, kambing jowo, kambing kacang, kerbau atau sapi) dan 5 tahun (onta).

Walau tidak semua bakul melakukan kecurangan, ketika musim panen, ada sebagian dari mereka yang nakal memberikan ragi ke gigi-gigi hewan ternaknya agar cepat rompal (putus/ terpotong) sehingga dianggap powel (berumur cukup untuk qurban). Menurutnya, rompalnya gigi hewan agar disebut memenuhi standar berqurban itu tidak cukup hanya satu gigi.

Begitu pun, usia hewan tidak bisa dilihat dari besar kecilnya tubuh binatang. Sekalipun kecil, kalau sudah powel, sah dibuat qurban. Contoh adalah kambing jowo. Meskipun kecil, dia bisa jadi sudah berusia 2 tahun. Begitu pula kambing domba, walau besar tubuhnya, kadang belum mencapai syarat minimal satu tahun.

Semua permasalahan itu sebetulnya adalah tanggungjawab panitia qurban. Karena itulah panitia harus sembodo (tahu aturan main syariat fiqih). Misalnya di menara Kudus, ketika menyembelih, panitia selalu didampingi oleh para kiai agar cara menyembelihnya sesuai aturan fiqih.

Kurang beberapa hari sebelum pelaksanaan, biasanya seorang mudlahhi (yang melaksanakan qurban) akan dihubungi panitia jika hewan yang digunakan berqurban itu dianggap kurang memenuhi syarat atau meragukan. Kepada siapa daging qurban dibagikan pun, ada aturannya.

Kulit qurban misalnya, secara fiqih, itu tidak boleh dijual dan juga tidak boleh digunakan sebagai upah untuk pelaksana. Namun yang lazim terjadi adalah ketika seseorang mendapatkan kulit binatang, kebanyakan langsung dijual. Di menara Kudus, kulit hewan qurban diberikan kepada faqir miskin yang muslim.

Dalam syariat fiqih, orang miskin dan faqir boleh menjual kulit binatang qurban. Ini berbeda hukum dengan orang kaya muslim yang menerimanya. Walaupun menerima, orang kaya tidak boleh menjual. Pasalnya, pembagian qurban bagi orang kaya itu sifatnya dliyafah (hidangan), bukan lit tamlik (kepemilikan utuh), sebagaimana orang miskin dan faqir.

Karena itulah, di Menara Kudus, panitia punya data siapa saja yang nantinya akan menerima kulit qurban. Oleh panitia, mereka dikirimi surat dan diomongi, “anda dapat bagian kulit kambing, anda ambil, anda rawat sendiri atau mau dijual? Kalau mau dijual, akan dijual sendiri atau diwakilkan panitia,” demikian kurang lebih.

Namun, rata-rata dari mereka memilih diwakilkan penjualannya kepada panitia karena kalau dijual sendiri harga akan dibanting tengkulak. Ada yang menakuti mereka, “kalau kamu tidak jual ke saya, besok sore sudah busuk kulitnya,” akhirnya harga dibuat semurah mungkin karena kuatir tidak laku setelah membusuk.

Di sinilah pentingnya panitia memberikan petunjuk kepada yang akan menerima kulit qurban. Sayangnya, masih ada saja sebagian orang yang menyebut kalau kulit binatang qurban yang dikelola oleh Menara Kudus dijual panitia, “padahal panitia mewakili yang berhak menerima kulit binatang qurban. Mereka tidak bertanya tapi sudah menyimpulkan”.

Soal qurban nadzar, dagingnya tidak boleh diberikan kepada muslim yang aghniya’ (kaya). Pelunasan segala amal sedekah wajib semacam nadzar dan dam (dalam haji) harus diberikan kepada fuqoro’, tidak boleh dibagikan kepada orang kaya. “Jika mengingatkan, acapkali dianggap melawan arus karena orang yang tahu fiqih tidak lebih banyak dari yang tidak tahu,”  Aturan fiqih juga menyebutkan jika keluarga orang yang nadzar beserta orang-orang yang ditanggung nafaqoh olehnya, tidak boleh ikut mengonsumsi daging nadzar tersebut.

Untuk aqiqah, ada kesunnahan membagikan daging dalam keadaan matang (dimasak) serta manis masakannya. Tapi tetap sah jika daging aqiqah yang dibagikan itu mentah semua.



KH. Arifin Fanani adalah pengajar fiqih di MA TBS Kudus dan pengasuh PP. MUS Yanbuul Qur'an Kudus

GP Ansor Bae Sukses Gelar PKD dan Diklat SAR

$
0
0
Pemaparan Teori (Foto: Ansori)
Generasi muda Indonesia sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional, perlu senantiasa meningkatkan pembinaan dan pengembangan dirinya, untuk menjadikan kader bangsa yang tangguh, yang memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan utuh, yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berketrampilan dan berakhlaq mulia.

Kelahiran dan perjuangan Gerakan Pemuda Ansor merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita Nahdlatul Ulama untuk berkhidmat kepada perjuangan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis, adil, makmur dan sejahtera berdasarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal jama’ah.

Untuk mewujudkan kader Gerakan Pemuda Ansor yang handal, perlu diupayakan program-program pengkaderan secara terencana, terarah dan terpadu. Dalam rangka meningkatkan kapasitas kemampuan dan kepemimpinan itulah, puluhan peserta mengikuti Pendidikan Kepemimpinan Dasar  (PKD) GP Ansor Bae yang sekaligus menjadi ajang Pendidikan dan Pelatihan SAR (Diklat SAR) yang diselenggarakan di Balai Desa Bae selama dua hari yaitu Sabtu hingga Ahad 3 – 4 Agustus 2019. 

Bulan Agustus yang bertepatan dengan Bulan Dzulhijjah menjadi pilihan waktu pelaksanaan agenda tersebut karena dinilai dua bulan tersebut adalah bulan-bulan keteladanan yang menunjukkan keheroikan tokoh-tokoh islam dan tokoh-tokoh bangsa. Ada kisah teladan Nabi Ibrahim beserta keluarganya dan juga semangat juang para pahlawan negara dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Kegiatan Outdoor (Capture video, Ansori)
Peserta terdiri dari anggota badan otonom NU dan masyarakat umum yang bersedia mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir dan didominasi oleh para remaja putra. Hal tersebut juga merupakan langkah open recruitment yang dilakukan oleh GP Ansor Bae sekaligus memperkenalkan Badan Otonom NU tersebut beserta Bansernya.

Fisik dan mental para peserta benar-benar dilatih dalam pelatihan ini. Makanya, tidak heran apabila setiap hari kegiatan fisik diawali dengan olah raga bersama para instruktur yang disertai dengan pengetahuan olah fisik ala Badan SAR. Kegiatan fisik tersebut dilakukan di Lapangan Desa Bae di depan SD Negeri 5 Bae dan dipandu oleh instruktur yang berpengalaman. Tujuannya adalah untuk membiasakan kondisi fisik para peserta dalam keadaan siap sedia. Kegiatanpun berlanjut hingga malam hari.

Selain praktik, di Aula Balai Desa Bae para peserta juga diberikan teori-teori manajemen bencana alam, pertolongan pertama pada korban, dan pengenalan teknik penyelamatan oleh para instruktur yang kompeten. Selain itu, para peserta juga dbierikan pengenalan keorganisasi GP Ansor yang menitikberatkan pada pengenalan bakat kepemimpinan setiap peserta, karena pada dasarnya manusia dilahirkan adalah untuk menjadi pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagi peserta yang dinyatakan lulus nantinya akan mendapatkan sertifikat kelulusan.

Fiqih dan Panitia Kurban oleh KH. Arifin Fanani Kudus (2)

$
0
0
Kasus terjadi, sebuah kumpulan keluarga mengadakan sumbangan dengan tujuan qurban. Mereka menabung setiap bulan, jika sudah mencukupi, dananya digunakan untuk membeli hewan qurban. Tabungan itu sifatnya individu. Artinya, tiap orang menabung hanya untuk dirinya sendiri, bukan berkelompok. Tiap anggota dipastikan kebagian jatah berkurban jika tabungannya cukup.

Cara qurban di atas bukan bagian dari nadzar. Qurban berubah wajib jadi nadzar jika diucapkan dengan lafadl (perkataan). Niat saja tidak cukup disebut nadzar karena belum ada bukti ikrar secara lisan. Dalam menyatakan nadzar, orang tidak harus menggunakan kata nadzar atau aku bernadzar, “yang penting di sana ada kalimat iltizam ala Allah, menyanggupi atas nama Allah, bisa disebut nadzar".

Contoh nadzar misalnya mengatakan falillahi alayya an atashoddaqo/ aku niat sedekah wajib karena Allah, atau falillahi alayya an usholliya/ karena Allah saya wajibkan diri untuk sholat. Pada dua susunan kalimat tersebut tidak disebut kata nadzar, tapi sah dibuat sebagai nadzar.

Ini berbeda dengan kasus perkataan “ini kambingku” untuk menjawab pertanyaan orang lain “ini kambing untuk apa”. Bentuk kalimat tersebut masih diperdebatkan masuk jenis nadzar atau tidak. Ada yang menyebutnya ja’lu (pernyataan kepemilikan individu), ada juga yang menyebutnya nadzar. Keterangan itu bisa dilihat dalam Kitab al-Bajuri, I’anatuth Thalibin maupun Bughyatul Musytarsyidin. Menurut Ain Syin (Ali Syibromalisi), itu bukan termasuk nadzar. Sebab itu kalimat lumrah yang biasa terjadi di masyarakat.

Jika Anda dari pasar membawa kambing, lalu ditanya orang di tengah jalan, “itu kambing untuk apa kang?”, jika Anda jawab kalau hewan itu “untuk qurban sunnah”, maka Anda selamat dari perdebatan ulama. Sebab ada ulama yang mengatakan jika hanya menjawab “untuk qurban”, ada ulama yang menyebut sudah jadi nadzar Qurban.

“Yang paling selamat lagi kalau ada orang yang bertanya kambing itu untuk apa? Lalu dijawab; pengen tahu aja atau pengen tahu banget? Itu selamat dari khilaf”.

Sah juga misalnya ada 7 orang sepakat bergantian menerima jatah hewan qurban setiap tahun walau uang yang digunakan untuk membeli hewan tersebut adalah gabungan dari puluhan orang, “itu sah karena sudah menjadi milik kita, sama seperti arisan".

Lalu bagaimana jika satu hewan qurban digunakan untuk kepentingan beragam. “Itu tidak apa-apa, tapi semuanya harus diberikan kepada muslim".

Terjadi masalah jika ada yang qurban nadzar dan qurban sunnah dalam kasus pencampuran niat di atas. Misalnya, si A berniat melaksanakan qurban sunnah, si B untuk qurban nadzar, si C melaksanakan aqiqah sunnah, si D berniat aqiqah nadzar, sementara si D hanya ingin mayoran dan seterusnya, maka untuk mempermudah distribusi daging qurban, caranya harus ada pembagian sepertujuh per niat masing-masing.

Bagi yang beraqiqah, jika daging yang dibagikan itu nantinya mentah semua, tetap sah. Cuma yang paling baik jika dibagikan dalam kondisi matang. Sebagaimana qurban juga lebih baik jika dagingnya dibagikan dalam kondisi mentah. Justru jika daging qurban dibagikan semuanya dalam kondisi matang, jadi tidak sah. Harus ada sebagian dari daging qurban itu yang mentahan.

Dan ingat, hewan yang diniatkan qurban harus miliknya sendiri. Pernah kejadian lucu ketika seorang pejabat bertanya via telpon. Ketika itu ia menerima sumbangan dua ekor kerbau dari sebuah pabrik rokok, “daripada dipotong kok eman, bagaimana kalau panitia meniatkan saja jadi hewan qurban?” Kiai Arifin hanya menjawab, “lha iku kebone sopo kang kok angger mbok niati". Kiai Arifin menjelaskan jika pabrik rokok tersebut memberikan sumbangan, lalu diterimakan kepada kita misalnya, itu baru bisa diniatkan jadi qurban.



KH. Arifin Fanani adalah pengajar fiqih di MA TBS Kudus dan pengasuh PP. MUS Yanbuul Qur'an Kudus

Puasa Tarwiyah

$
0
0
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. 

Dikatakan hadits ini dloif (kurang kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla'ilul amal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.

Rosululloh Shollallohu alaihi wa sallam bersabda, Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun(HR. Imam Dailami di kitabnya Musnad Firdaus (2/248) dari jalan Abu Syaikh dari Ali bin Ali Al-Himyari dari Kalbi dari Abi Shaalih dari Ibnu Abbas ra. marfu (yaitu sanadnya sampai kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam)

Hadits tentang puasa tarwiyah dikatakan dhoif karena sanad hadits ini ada kelemahan.

Pertama, Kalbi (sanad ketiga) yang namanya : Muhammad bin Saaib Al-Kalbi. Dia ini seorang rawi pendusta. Dia pernah mengatakan kepada Sufyan Ats-Tsauri, Apa-apa hadits yang engkau dengar dariku dari jalan Abi Shaalih dari Ibnu Abbas, maka hadits ini dusta (Sedangkan hadits di atas Kalbiy meriwayatkan dari jalan Abi Shaalih dari Ibnu Abbas).

Imam Hakim berkata,Ia meriwayatkan dari Abi Shaalih hadits-hadits yang maudlu (palsu)Tentang Kalbi ini dapatlah dibaca lebih lanjut di kitab-kitab Jarh Wat Tadil.

Kedua, Ali bin Ali Al-Himyari (sanad kedua) adalah seorang rawi yang majhul (tidak dikenal).

Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah SAW bersabda:"Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun." (HR Bukhari Muslim).

Dan puasa pada hari Arafah aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram) aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu. [Shahih riwayat Imam Muslim (3/168), Abu Dawud (no. 2425), Ahmad (5/297, 308, 311), Baihaqi (4/286) dan lain-lain]

Sebagian ulama mengatakan bahwa hadits itu bukan Maudhu melainkan hanya dhoif. Yaitu riwayat dari jalur lainnya yaitu dari jalur Ibnu Najjar.

 صَوْمُ يَوْمَ التَّرْوِيَّةِ كَفَارَةُ سَنَة

Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.
 (مختصر إرواء الغليل: 1: 184)

Oleh Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih. Dan kita tahu bahwa jumhurul ulama sepakat boleh mengamalkan hadits dhoif dalam fadhoil amal. Kemudian puasa Tarwiyah tidak bisa dibilang bidah sehingga haram dilakukan, karena haditsnya dari jalur lain bertaraf dhoif bukan maudhu’, dan dalil-dalil umum sudah cukup menjelaskan kebolehannya melakukan puasa di hari Tarwiyyah


"Dari Siti Hafshah r.a. ia berkata, ada empat macam yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW: Puasa Asyura (tanggal 10 Muharram), puasa sepuluh hari (di bulan Dzulhijjah), puasa tiga hari pada setiap bulan dan melakukan salat dua rakaat sebelum salat subuh." (Riwayat Ahmad dan Nasa-i dalam kitab Fiqhus Sunnah, juz I, halaman 380; dan Sunan Nasa-i, juz IV, halaman 220)



M. Khoirul Anam
Viewing all 3027 articles
Browse latest View live